7 Bapak dan ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 8. Bapak Bahrun dan Ibu Turyati, terimakasih atas doa, cinta dan pengorbanan yang tak pernah ada habisnya, kasih dan sayangmu terkenang sepanjang masa. 9. Kakaku tersayang, Arif Hidayat dan Nurul Hidayah
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID rUQxWOumOCyaHNkdOB5ZjztzOU8A58YGDvSbxKzFOm0-cTztnd9FeA==
BapakKaum Abangan. Kaum Abangan adalah masyarakat yang tinggal di Jawa. Menurut Clifford Geertz, Abangan merupakan kelompok masyarakat yang mengikuti ajaran Islam tetapi masih menerapkan tradisi kejawen (Geertz:2014). Kisah Teladan Walisongo; Sembilan Wali Penyebar Islam di Tanah Jawa. Yogyakarta: Tera Insani. Geertz, Clifford. 2014
Jakarta - Wali Songo memiliki metode masing-masing dalam berdakwah, mensyiarkan agama Islam agar dapat diterima oleh masyarakat Jawa ketika itu. Terutama bagi masyarakat yang masih kental dengan budayanya satu metode dakwah yang digunakan para wali adalah menggunakan media wayang kulit, unsur seni budaya yang saat itu dekat dengan masyarakat Jawa. Nah wali songo yang berdakwah menggunakan wayang kulit itu akhirnya disebut sebagai pencipta dan bapak wayang perlu diketahui, wali songo adalah kumpulan tokoh pemuka agama yang berperan menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Sesuai namanya, wali songo ini berjumlah sembilan orang, diambil dari bahasa Jawa songo yang berarti dari Jurnal Wali Songo, secara bahasa wali songo didefinisikan sebagai sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah SWT. Mereka disebut mengemban tugas suci untuk mengajarkan agama siapakah tokoh pencipta dan bapak wayang kulit di antara wali songo tersebut? Pertanyaan ini dapat dijawab melalui penjelasan dalam buku Tasawuf Nusantara Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka oleh Sri Mulyati sebagai berikut."Dikenal dengan nama Sunan Kalijaga, konon ia adalah pencipta wayang kulit, pengarang cerita-cerita wayang yang berjiwa Islam," tulis Sri Kalijaga dengan nama asli Raden Said dilahirkan pada tahun 1450 Masehi. Ia adalah salah satu wali songo yang menyebarkan siar Islam di wilayah Jawa Tengah. Pada saat itu, masyarakat Jawa Tengah masih kental dengan budaya Jawa seperti gamelan dan inilah yang dimanfaatkan Sunan Kalijaga sebagai strategi dakwahnya, memasukkan unsur ajaran agama Islam dalam seni pewayangan. Dia pun mulai mempelajari karakteristik masyarakat di sana serta turut mendalami ilmu mendalang hingga sejumlah perbedaan wayang asli dari budaya Jawa dengan wayang hasil sentuhan Sunan Kalijaga. Sebelumnya, wayang masih berupa gambar di atas kertas dengan wujud manusia. Satu lukisan wayang menggambarkan isi satu wayang berbentuk manusia diharamkan oleh Sunan Giri, Sunan Kalijaga pun sedikit mengubah tampilan wayang yang telah ada. Berkat hasil rombakan dari Sunan Kalijaga, wayang dibuat di atas kulit kambing hingga disebut dengan wayang yang ditampilkannya juga cenderung mirip karikatur tidak nyata, bukan berwujud manusia. Kemudian, satu lukisan wayang milik Sunan Kalijaga sudah menjelaskan isi satu wayang."Sunan Kalijaga membuat kreasi baru, bentuk wayang diubah sedemikian rupa, dan digambar atau diukir pada sebuah kulit kambing," tulis Jhony Hadi Saputra dalam buku Mengungkap Perjalanan Sunan wayang ciptaan Sunan Kalijaga bersama dengan Sunan Bonang dan Sunan Giri di antaranya Wayang Punakawan Pandawa yang terdiri dari Semar, Petruk, Gareng dan Bagong. Hingga saat ini, wayang hasil polesan Sunan Kalijaga masih digunakan di kalangan masyarakat hanya sebagai pencipta wayang kulit, Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai sosok walisongo yang pandai mendalang. Setelah Masjid Demak diresmikan, Sunan Kalijaga menjadi pengisi pagelaran wayang kulit yang diperuntukkan menghibur dan berdakwah kepada yang disampaikan Sunan Kalijaga dengan memasukkan unsur kebudayaan Jawa seperti wayang kulit ini pun terbukti mudah diterima oleh masyarakat Jawa. Simak Video "Sunan Kalijaga Serahkan Bukti Pengeroyokan Anaknya ke Penyidik" [GambasVideo 20detik] rah/erd
KomunikasiUIN Walisongo Semarang. Penulis menyadari, bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan secara baik tanpa ada bantuan dari semua pihak yang dengan suka rela dan penuh rasa ikhlas. Oleh karena itu penulis secara khusus menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Ilyas Supena, M.Ag selaku Dekan Fakultas
Simak ulasan tentang √ anggota walisongo, √ karomah walisongo, √ Sejarah walisongo, √ biografi walisongo dan √ makam walisongo berikut. Sejarah WalisongoAnggota Walisongo1. Sunan Gresik2. Sunan Ampel3. Sunan Bonang4. Sunan Giri5. Sunan Derajat6. Sunan Kalijaga7. Sunan Kudus8. Sunan Muria9. Sunan Gunung JatiKaromah WalisongoLegenda Walisongo Menyerang MajapahitLegenda Sunan GiriLegenda Sunan BonangLegenda Sunan KudusLegenda Sunan KalijagaLegenda Pembangunan Masjid DemakLegenda Lembu Peteng Hendak Membunuh Sunan AmpelLegenda Syeh Siti Jenar Sejarah Walisongo Kata Walisongo adalah kata majemuk dari kata “Wali” dan “Songo”. Kata Wali berasal dari bahasa arab, singkatan dari kata “waliyullah” yang artinya orang yang mencintai Allah dan dicintai Allah. Dan kata Songo berasal dari bahasa jawa yang berarti sembilan. Walisongo – Tokoh Islam Nusantara Jadi Walisongo adalah kumpulan para wali yang berjumlah sembilan. Mereka adalah para wali yang mencintai Allah dan dicintai oleh Allah. Mereka dianggap sebagai ketua mubaligh islam pada waktu itu untuk berdakwah dan syiar mengenai islam. Walisongo ini adalah para wali yang menyebarkan agama islam di Jawa pada saat itu namun meluas sampai seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan murid-murid para wali yang berguru ke pesantren mereka, berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Para wali yang berasal dari Jawa atau keturunan Jawa, seringkali dikaitkan dengan legenda-legenda mistik. Sementara itu para wali yang asli Timur Tengah tidak banyak dikisahkan dalam legenda-legenda mistik. Di dalam legenda ini pengertian karomah adalah memiliki kesaktian mandraguna. Namun dalam Islam karomah adalah taqwa kepada Allah dan mendapatkan kekuatan itu atas ijin-Nya. Setiap orang memilki kelebihan masing-masing, namun dalam tingkatanya dapat dirangkum seperti berikut Mukjizat adalah kelebihan yang dimilki para Nabi. Karomah adalah kelebihan yang dimiliki para Wali. Maunah adalah kelebihan yang dimiliki orang-orang Mukmin. Begitu hebatnya penghormatan rakyat kepada para wali dapat kita lihat dari beberapa legenda dalam bentuk cerita atau dongeng yang kadang-kadang tidak masuk akal karena penuh dengan misteri dan kesaktian. Namun keberadaan Walisongo ini membuat kita paham akan susahnya dan jerih payah mereka dalam mengajarkan islam ke tanah Jawa dan menyebar ke seluruh Indonesia. Simak dan baca Penyebaran Agama Islam Anggota Walisongo Walisongo telah benar-benar membawa perubahan dan dampak yang besar terhadap masyarakat Jawa pada jaman dulu. Seperti yang kita tahu dari pelajaran di sekolah bahwa yang mayoritas orang jawa pada saat itu beragama Hindu dan Budha. Anggota Walisongo ada 9 orang, yaitu Sunan Gresik Sunan Ampel Sunan Bonang Sunan Giri Sunan Derajat Sunan Kalijaga Sunan Kudus Sunan Muria Sunan Gunung Jati Masing-masing anggota Walisongo tersebut memilki andil atau peranan yang sangat penting dalam mengajarkan agama Islam. Berikut biografi Walisongo yang perlu Anda pahami. 1. Sunan Gresik Ilustrasi Sunan Gresik – Anggota Walisongo Anggota Walisongo yang pertama adalah sunan Gresik. Sunan Gresik merupakan sunan pertama kali yang menjadi gurunya para walisongo. Beliau adalah orang tertua dari anggota walisongo yang menyebarkan agama islam ke tanah Jawa. Sebenarnya sudah ada orang Jawa kala itu yang sudah memeluk agama Islam. Karena pada saat itu islam sudah berkembang pesat di Arab, Gujarat atau Turki. Jadi islam sudah dibawa masuk oleh para pedagang dari Arab, Gujarat atau Turki tersebut. Namun pemeluk islam hanya berada di sekitar pesisir Jawa saja. Penyebaran ini melalui jalur prnikahan atau pedagang yang menetap sementara di sekitar pesisir Jawa. Sunan Gresik yang bernama asli Maulana Malik Ibrahim bukan asli orang Jawa atau orang Indonesia. Beliau berasal dari negara Champa Negeri Cermin datang ke Indonesia dan mendarat di Gresik. Setelah mendarat di pelabuhan Gresik, beliau memang berniat menyebarkan agama islam dengan pendekatan melalui perdaganagn. Maka beliau mendirikan rumah di Laren dan sebuah toko di desa Romo yang menjual barang-barang bawaannya untuk menjalankan misi dakwahnya. Beliau merangkul masyarakat saat itu dengan beramah-tamah, mengajari masyarakat saat itu dengan bercocok tanam yang baik dan sekaligus menjadi tabib. Upaya sunan Gresik akhirnya berhasil, masyarakat bersimpati kepadanya dan mulai mengikuti arahan-arahan dan ajaran-ajaran Islam. 2. Sunan Ampel Ilustrasi Sunan Ampel – Anggota Walisongo Anggota walisongo yang kedua adalah sunan Ampel. Seperti sunan Gresik, sunan Ampel juga bukan asli orang Jawa. Beliau berasal dari negeri Champa juga. Sunan Ampel dikenal dengan nama Raden Rahmat. Sunan Ampel meninggalkan Champa untuk pergi ke pulau Jawa sekitar tahun 1443. Tujuan kedatangannya ke Jawa adalah untuk menemui bibinya Dwarawati. Putri Dwarawati adalah seorang putri raja Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya. Sesampainya di Jawa beliau meminta ijin raja Majapahit untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam. Raja Majapahit setuju, asal warganya dengan sukarela memeluk islam bukan paksaan. Walau raja sendiri tidak mau memeluk islam. Sunan Ampel kemudian membangun pesantren di daerah Ampel Surabaya. Sunan Ampel sangat pintar dalam mengajarkan agama islam. Salah satu ajaran sunan Ampel yang sampai sekarang terkenal yaitu ajaran “Molimo” atau “Moh Limo”. Kata “Moh” berasal dari bahasa Jawa yang artinya tidak, dan “Limo” artinya Lima. Jadi Moh Limo adalah “Tidak melakukan lima perbuatan yang dilarang oleh Allah”. Isi dari ajaran Moh Limo adalah Moh Mabuk Tidak mabuk atau minum-minuman. Moh Main Tidak main atau tidak berjudi. Moh Madon Tidak main perempuan. Moh Madat Tidak memakai obat-obatan. Moh Maling Tidak Mencuri. Bahkan ajaran Moh Limo ini sampai sekarang masih menjadi ajaran yang dipegang umat muslim hingga saat ini. Dalam masyarakat sekarang dikenal dengan istilah 5M. 3. Sunan Bonang Ilustrasi Sunan Bonang – Anggota Walisongo Anggota Walisongo yang ketiga adalah sunan Bonang. Sunan Bonang adalah putra pertama dari sunan Ampel. Nama Bonang berasal dari Bong Ang dari marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel. Nama asli sunan Bonang adalah Raden Maulana Makhdum Ibrahim. Sejak kecil sunan Bonang belajar agama islam di pesantren ayahnya sendiri di Ampel Surabaya. Beliau pernah mendalami islam bersama saudara perguruannya yaitu raden Paku ke negeri Champa. Setelah selesai menimba ilmu, akhirnya sunan Bonang kembali ke Jawa dan mendirikan pesantren di Tuban. Dalam menyebarkan agama sunan Bonang melakukan pendekatan kepada masyarakat menggunakan musik. Bahkan beliau menciptakan alat musik Jawa yaitu gamelan sebagai sarana menarik simpati masyarakat. Salah satu alat musik gamelan ciptaannya diberi nama Bonang. Dalam menyebarkan agama islam, selain menyebarkannya dengan gamelan, beliau juga menggunakan cara dakwah dengan melalui tembang-tembang Jawa. Banyak sastra tembang yang beliau ciptakan sebagai pesan-pesan ajaran islam. Karya sastra sunan Bonang berupa suluk, carangan paweyangan dan tembang tamsil. Salah satu tembang karya sunan Bonang yang terkenal sampai sekarang adalah suluk sunan Bonang yang berbentuk prosa Jawa yang dipengaruhi oleh bahasa Arab. Hingga saat ini catatan itu masih tersimpan di Universitas Leiden, Belanda. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 Masehi dan dimakamkan di kota Wali Tuban. 4. Sunan Giri Ilustrasi Sunan Giri- Anggota Walisongo Anggota sunan yang keempat adalah sunan Giri. Sunan Giri adalah putra dari Maulana Ishaq dan Nyi Sekardadu putri Blambangan. Dalam sejarah yang diceritakan, sunan Giri pada waktu bayi dihanyutkan di selat Bali atas perintah kakeknya Raja Blambangan. Ketika dihanyutkan di selat Bali tersebut ia ditemukan oleh kapal saudagar milik seorang wanita dari Tuban bernama nyi Ageng Pinateh. Untuk itu karena ditemukan di laut sunan Giri kecil diberi nama Joko Samudro. Setelah menginjak remaja, ia belajar ilmu agama islam di pondok pesantrennya sunan Ampel di Surabaya. Dikisahkan setiap hari Joko Samudro berjalan kaki dari Tuban ke Ampel. Salah satu karomahnya sudah ia miliki sejak kecil. Beliau dapat melakukan perjalanan dengan sangat cepat dari Tuban ke Ampel Surabaya. Konon ceritanya beliau hanya beberapa menit melakukan perjalanan tersebut melalui bibir pantai Kelapa di Tuban. Setelah besar, beliau diberi nama Raden Paku oleh sunan Bonang atas titipan ayahnya yang ternyata paman dari sunan Ampel yang berasal dari Champa. Paku disini memiliki arti Paku atau tonggak agama islam di Jawa yang sangat kuat. Dengan maksud bahwa raden Paku kelak menjadi pengajar dan penyebar agama islam yang sangat berpengaruh di tanah Jawa. Beliau mendirikan pesantren di daerah Giri, Tuban. Beliau sangt berpengaruh dalam kasultanan Demak. Bahkan beliau sempat menjadi raja selama masa transisi sebelum akhirnya diserahkan kepada Raden Patah. Sunan Giri wafat pada pertengahan abad 16 Masehi dan dimakamkan di Gresik Jawa Timur. 5. Sunan Derajat Ilustrasi Sunan Derajat – Anggota Walisongo Aggota sunan yang kelima adalah sunan Derajat. Sunan Derajat adalah putra dari sunan Ampel dan Dewi candrawati, beliau juga adik dari sunan Bonang. Sunan Derajat yang dikenal dengan nama Raden Qasim belajar agama islam dari ayahnya di pondok pesantren yang ada di Ampel. Beliau terkenal dengan jiwa sosial yang tinggi dan tema-tema dakwahnya yang selalu berorientasi pada gotong-royong. Beliau selalu menolong orang-orang yang yang membutuhkan, mengasihi anak yatim dan menyantuni fakir miskin. Beliau wafat pada pertengahan abad 16 Masehi dan dimakamkan di Pacitan, Lamongan Jawa Timur. 6. Sunan Kalijaga Ilustrasi Sunan Kalijaga – Anggota Walisongo Anggota Walisongo yang keenam adalah sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah putra dari Raden Sahur tumenggung Wilatikta Bupati Tuban dan dewi Nawarum. Sunan Kalijaga masih ada keturunan dari Ranggalawe, satria sakti dari kerajaan Majapahit. Sunan Kalijaga dengan nama asli Raden Mas Syahid, dari kecil sudah belajar mengenai islam. Karena beliau dari golongan ningrat, beliau tidak merasakan kekurangan apapaun. Namun beliau sangat sedih dengan keadaan rakyat di Tuban waktu itu, maka beliau meninggalkan rumah orang tuanya untuk menjadi perampok yang baik. Beliau merampok harta para orang kaya kemudian dibagikan kepada para fakir miskin. Beliau dikenal dengan sebutan Lokajaya, perampok yang sangat ditakuti oleh para saudagar-saudagar kaya. Namun ketika beliau bertemu dengan sunan Bonang dan hendak merampoknya, beliau malah disadarkan dan mengikuti sunan Bonang untuk menjadi muridnya. Oleh sunan Bonang, Raden mas Syahid disuruh bertapa di tepi sungai untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama termasuk perbuatan merampok orang. Walaupun merampok itu tujuannya mulia untuk membantu orang miskin, tetap saja langkah yang diambil itu salah. Sekian lama berlalu sunan Bonang sampai lupa kalau menyuruh Raden Mas Syahid bertapa di tepi sungai. Ketika dihampiri, beliau sudah berjenggot bahkan sampai ada sarang burung dikepalanya. Kemudian beliau diajak suann Bonang untuk mendalami islam di pesantrennya. Karena bertapa di tepi sungai itulah, beliau dikenal sebagai sunan Kalijaga, yang artinya sunan penjaga kali atau penjaga sungai. Ketika berdakwah menyebarkan agam islam, wilayah beliau tidak terbatas. Beliau suka berkeliling dan memperhatikan masyarakat. Oleh sebab itu semua lapisan masyarakat sangat bersimpati kepadanya. Sunan Kalijaga mengikuti jejak gurunya yaitu sunan Bonang yang berdakwah menggunakan berbagai media seni. Seperti seni pertunjukan wayang kulit, seni gamelan, seni suara, seni ukir, seni busana dan kesastraan. Sunan Kalijaga wafat pada abad 15 Masehi dan dimakamkan di Kadilangu, Demak Jawa Tengah. Simak ulasan lebih detail tentang biografi, sejarah, makam dan nama asli beliau pada artikel Sunan Klaijaga berikut. 7. Sunan Kudus Ilustrasi Sunan Kudus – Anggota Walisongo Anggota walisongo yang ketujuh adalah sunan Kudus. Sunan Kudus adalah putra dari Utsman Haji. Utsman Haji adalah orang yang menyebarkan agama islam di Jipang Panolan, Blora. Sunan Kudus dengan nama asli Jafar Sodiq menyebarkan agama islam di daerah Kudus. beliau ahli dibidang ilmu fiqih, ushul fiqih, tauhid, hadist, dan logika. Untuk kepentingan dakwah, beliau menciptakan cerita keagamaan yang berjudul gending maskumambang dan Mijil. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 Masehi dan dimakamkan di pemakaman masjid Menara Kudus. 8. Sunan Muria Ilustrasi Sunan Muria – Anggota Walisongo Anggota walisongo yang kedelapan adalah sunan Muria. Beliau adalah putra dari sunan Klaijaga. Beliau berdakwah seperti ayahnya yaitu berkeliling ke daerah-daerah terpencil untuk menyebarkan agama islam. Obyek dakwahnya adalah orang-orang dari kalangan rakyat biasa seperti pedagang, nelayan dan petani. Metode dan cara dakwahnya juga banyak melalui seni kasustraan Jawa. Beliau juga menciptakan tembang Jawa yang berjudul Sinom dan Kinanti. Suann Muria wafat pada abad 16 Masehi dan dimakamkan di gunung Muria Kudus. 9. Sunan Gunung Jati Ilustrasi Sunan Gunung Jati – Anggota Walisongo Anggota walisongo yang kesembilan adalah sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati adalah cucu raja Pajajaran prabu Siliwangi. Namun demikian ada yang menceritakan kalau sunan Gunung Jati berasal dari Samudera Pasai. Menurut Purwaka Caruban Nagari, sunan Gunung Jati dihormati oleh kerajaan Demak dan Pajang. Beliau mendapatkan gelar Raja Pandita. Karena jasa beliau akhirnya islam dapat tersebar luas dan diterima oleh masyarakat Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat yang sebelumnya sangat kuat dalam memeluk agama nenek noyangnya yaitu agama Hindu. Beliau mendirikan kasultanan Cirebon dab Banten. Disamping itu beliau juga mendirikan pesantren Gunung Jati yang berada di Cirebon. Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1570 Masehi dan dimakamkan di desa Astana, Gunung Jati, Cirebon. Simak dan baca juga Peninggalan Kerajaan Islam Indonesia Karomah Walisongo Dalam menyebarkan agama islam di Jawa dan di Indonesia, anggota Walisongo sering mengalami perlawanan-perlawanan dengan kerajaan yang memerintah pada waktu itu. Namun Walisongo dengan gigih melakukan perlawanan dengan karomah yang dimilikinya. Berikut beberapa legenda yang melibatkan karomah walisongo. Legenda Walisongo Menyerang Majapahit Ada berbagai legenda dan cerita berhubungan dengan peperangan antara anggota walisongo dengan pasukan majapahit. Saat menyerang Majapahit, Sunan Gunung Jati mengibaskan surbannya, dari sana kemudian jutaan tikus keluar untuk meyerang pasukan Majapahit hingga berantakan. Selanjutnya, ketika keris Sunan Giri dihunus dari sarungnya, maka keluarlah ribuan lebah yang menyengat pasukan Majapahit. Kondisi ini membuat pasukan majapahit lari tunggang langgang diserang oleh pasukan lebah. Ketika peti mukjizat dari Palembang dibuka, terdengar suara ledakan seperti seribu petir sehingga langit menjadi suram, rumah-rumah roboh, dan bumi berguncang. Dari peti juga keluar jutaan mahkluk halus yang menimpakan malapetaka kepada pasukan Majapahit. Sementara itu, peci Sunan Bonang dapat mengeluarkan jutaan senjata yang mengamuk menghantam pasukan majapahit. Semua kisah legenda yang sangat luar biasa ini ditulis dalam kitab Walisongo dengan langgam Durma. Legenda Sunan Giri Sejak kecil Sunan Giri sudah menunjukkan karomah dalam dirinya. Pada waktu bayi ia dibuang dengan dihanyutkan di selat Bali atas perintah kakeknya. Namun ia selamat dan ditemukan oleh saudagar yang sedang berlayar di selat Bali yang pemilik kapalnya adalah seorang wanita kaya raya dari Gresik. Untuk itu masa kecilnya Sunan Giri bernama Joko Samudro. Joko artinya anak laki-laki dan Samudro artinya lautan luas. Maka Joko Samudro artinya anak laki-laki yang ditemukan di samudra selat Bali. Setelah besar ia belajar agama islam di pesantren milik Sunan Ampel di Surabaya. Sunan Giri memiliki karomah yang diberikan Allah yaitu salah satunya dapat menyabda beras menjadi selendang tenun Bali, pasir menjadi beras, dan kerikil menjadi Mutiara permata. Kalam yang sedang dipakai untuk menulis, dilemparkan kearah tantara Majapahit yang datang menyerang dapat berubah menjadi keris Kalamunyeng dan menghancurkan musuh tersebut. Saat makam Sunan Giri hendak dibongkar dan dirusak oleh tantara Majapahit, ternyata jutaan lebah keluar untuk menyerang pasukan sehingga mereka lari kalang kabut. Legenda Sunan Bonang Sunan Bonang yang masa mudanya berguru kepada ayahnya yaitu sunan Ampel, memiliki pengetahuan ilmu agama islam yang tinggi. Masa belajar di pesantren milik Ayahnya, ia berteman dengan Sunan Giri, karena memang satu pondok pesantren. Salah satu karomah Sunan Bonang yaitu dapat mengubah buah aren menjadi emas. Karomah tersebut telah membuat Brandal Lokajaya bertobat kepada beliau ketika hendak merampoknya dan akhirnya berguru kepada sunan Bonang. Legenda Sunan Kudus Sunan Kudus ketika menyerang Terung dengan tujuh prajuritnya oleh Adipati Pecattondo dilihat seperti membawa ribuan prajurit hingga sang adipati menyerah tanpa kekerasan senjata. Legenda Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga adalah putra dari adipati Tuban yang sangat kaya raya. Sunan Kalijaga muda bernama Raden Mas Syahid. Ia tidak menyukai tindakan kesewenang-wenangan dari kerajaan terhadap rakyat jelata. Pada masa mudanya sebelum bertemu dengan sunan Bonang, ia menjadi perampok yang mengambil harta para saudagar-saudagar kaya yang kemudian hasil rampasannya itu dibagikan kepada rakyat miskin. Sunan Kalijaga adalah Sunan yang memiliki banyak cerita legenda diantara sunan-sunan lainnya. Karena memang Sunan Kalijaga adalah Sunan yang paling merakyat ketika menyebarkan agama islam ke masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga adalah murid dari Sunan Bonang bersama dengan Syeh Siti Jenar. Dalam syiar agama islam Sunan Kalijaga melakukan pendekatan-pendekatan yang masih menggunakan unsur-unsur budaya Hindu atau Budha saat itu. Dengan demikian ajaran islam mudah diterima oleh masyarakat yang masih memeluk agama Hindu atau Budha saat itu. Karomah Sunan Kalijaga diantaranya Dapat menghidupkan kembali ayam tukung yaitu ayam panggang yang telah hilang brutunya. Dapat menghidupkan ikan gurameh yang tinggal tulangnya saja, karena dagingnya sudah dimakan. Dapat bertemu dan berguru pada Nabi Khidir di Lulmat Agaib, yang menjelma menjadi bocah bajang anak kecil dan memberi wejangan tentang nafsu lawwamah, ammarah, sufiah, dan muthmainnah. Dapat mengubah sebongkah tanah menjadi emas di hadapan Adipati Pandanaran untuk menunjukkan bahwa mencari harta benda itu sebenarnya perkara gampang, tetapi seringkali harta benda justru menjadi penghalang untuk mencapai cita-cita kembali kepada Allah Swt. Memiliki baju takwa bernama Kiai Antakusuma sebagai hadiah peninggalan dari Rasulullah Saw. Baju itu dapat berubah-ubah warnanya menurut kesukaan yang memandang. Bisa mengubah biji besi sebesar biji asam menjadi sebesar gunung. Ketika Sunan Kalijaga membawa besi bahan untuk dijadikan keris kepada Empu Supo, karena dipaido dilecehkan tidak cukup karena besinya hanya sebesar klungsu biji asam, lalu disabda menjadi sebesar gunung sehingga merepotkan Empu Supo sendiri. Oleh karena itu, besi itu lalu diubah menjadi ukuran semula dan Empu Supo pun dapat mengerjakannya menjadi keris yang ampuh. Legenda Pembangunan Masjid Demak Pembangunan Masjid Agung Demak hanya dilakukan dalam satu malam. Saking keramatnya, pembangunan Masjid Demak juga dibantu beberapa binatang seperti katak hijau dan kadal. Tetapi ada juga binatang yang mengganggu yaitu orong-orong. Sedangkan untuk menentukan arah kiblat, Sunan Kalijaga menghubungkan kubah Masjid Demak dengan kubah Masjidil Haram. Di samping itu, legenda mengatakan bahwa Sunan Kalijaga dapat membuat tiang Masjid Demak dari potongan kayu kecil-kecil tatal yang menjadi salah satu soko guru tiang utama masjid. Kualitasnya tiang dari tatal ini tidak berbeda dengan tiang buatan wali lainnya yang terbuat dari kayu jati glondongan yang besar. Masjid Demak ini menjadi salah satu masjid dengan arsitektur unik di Indonesia dengan berbagai sejarah pembuatan nya oleh Walisongo. Legenda Lembu Peteng Hendak Membunuh Sunan Ampel Lembu Peteng adalah tokoh dunia persilatan dari Madura yang sakti mandraguna. dalam legenda ini Lembu Peteng ingin membunuh sunan Ampel. Dalam legenda dikisahkan ketika lembu Peteng hendak membunuh Sunan Ampel dari belakang. Namun sebelum ia melaksanakan niatnya, tiba-tiba sekujur tubuhnya gemetar dan kehilangan segala kekuatannya. Kekuatan Lembu Peteng seolah-olah hilang dan tidak bergeming untuk melanjutkannya. Lembu Peteng baru pulih kembali setelah Sunan Ampel mengampuni kesalahannya. Dan akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk membunuh Sunan Ampel. Legenda Syeh Siti Jenar Syeh Siti Jenar adalah salah satu wali yang memiliki ilmu agama islam yang sangat tinggi. Ia sangat disegani dan memiliki ilmu kesaktian yang luar biasa. Namun karena berbeda pandangan tentang ajaran agama islam yang diajarkannya, maka beliau akhirnya dijatuhi hukuman pancung. Hal ini dilakukan agar ajaran islam tidak menyimpang dari ajaran islam yang asli dari Rasulullah. Karomah syeh Siti jenar yaitu ketika lehernya dipancung, darah yang keluar dari tubuhnya berwarna putih dan berbau harum, memancarkan sinar dan tercipta huruf Arab kaligrafi yang berbunyi “la illaha illallah”. Legenda mengatakan bahwa Syeh Siti Jenar dapat mengubah dirinya menjadi dhandhang seta burung gagak putih dan menjadi cacing. Ketika makam Syeh Siti Jenar dibongkar, jenazahnya telah berbuah menjadi dua kuntum bunga melati yang harum, yang wanginya tercium sampai kejauhan. Simak dan baca Tokoh Islam Demikian ulasan tentang sejarah Walisongo dan urutan Walisongo yang terkenal sampai sekarang, dan menjadi kurikulum pelajaran agama islam dan sejarah Indonesia. Walisongo adalah ulama-ulama Indonesia yang sangat berjasa dalam menyebarkan dan berkembangnya agama islam di Indonesia.
Merekatinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, iaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat."Walisongo" bererti sembilan orang wali. Era Walisongo mengakhiri penguasaan kebudayaan Hindu-Buddha dalam budaya Nusantara dan digantikan dengan kebudayaan Islam.
Kisah Wali Songo – Siapa yang tidak kenal Wali Songo? Mereka dikenal seseorang yang gigih menyebarkan ajaran agama Islam pada abad ke 14 di tanah Jawa. Para Wali Songo tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Mereka cepat dikenal masyarakat luas karena kerap berdakwah tanpa memaksa harus masuk Islam. Masyarakat muslim di nusantara pasti sudah tak asing lagi dengan Wali Songo. Wali memiliki arti wakil, sementara songo memiliki arti sembilan. Dengan demikian, Wali Songo adalah sembilan wakil atau wali Allah SWT. Perjalanan dakwah Wali Songo telah dicatat dalam sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia. Mereka telah meninggalkan banyak jejak dalam berdakwah. Wali Songo membawa perubahan besar terhadap masyarakat Jawa yang dulunya banyak beragama Hindu-Budha. Berikut kisah selengkapnya. Kisah Wali Songo dalam Menyebarkan Islam di Indonesia1. Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah2. Sunan Ampel Raden Rahmat3. Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim4. Sunan Bonang Raden Makhdum5. Kisah Wali Songo Sunan Giri Raden Paku6. Kisah Wali Songo Sunan Drajat Raden Qasim7. Kisah Wali Songo Sunan Muria Raden Umar Said8. Kisah Wali Songo Sunan Kudus Jafar Shadiq9. Kisah Wali Songo Sunan Kalijaga Raden Sahid 1. Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa Barat, khususnya Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah pendiri dinasti kesultanan Banten yang dimulai dengan putranya, Sultan Maulana Hasanudin. Pada tahun 1527, Sunan Gunung Jati menyerang Sunda Kelapa di bawah pimpinan panglima perang Kesultanan Demak, Fatahillah. Sunan Gunung Jati merupakan sosok yang cerdas dan tekun dalam menuntut ilmu. Karena kesungguhannya, ia diizinkan ibunya untuk menuntut ilmu ke Makkah. Di sana, dia berguru pada Syekh Tajudin Al-Qurthubi. Tak lama kemudian, ia lanjut ke Mesir dan berguru pada Syekh Muhammad Athaillah Al-Syadzili, ulama bermadzhab Syafi’i. Di sana, Sunan Gunung Jati belajar tasawuf tarekat syadziliyah. Setelah diarahkan oleh Syekh Ataillah, Syarif Hidayatullah memutuskan pulang ke Nusantara untuk berguru pada Syekh Maulana Ishak di Pasai, Aceh. Kemudian, ia melanjutkan perjalanan ke Karawang, Kudus, sampai di Pesantren Ampeldenta, Surabaya. Di sana, ia berguru pada Sunan Ampel. Sunan Gunung Jati lantas diminta untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di daerah Cirebon dan menjadi guru agama. Ia menggantikan Syekh Datuk Kahfi di Gunung Sembung. Setelah masyarakat Cirebon banyak yang memeluk agama Islam, Syarif Hidayatullah lantas lanjut berdakwah ke daerah Banten. Selama berdakwah di Cirebon, Syarif Hidayatullah menikahi Nyi Ratu Pakungwati, putri dari Pangeran Cakrabuana atau Haji Abdullah Iman, penguasa Cirebon saat itu. Di sana, ia mendirikan sebuah pondok pesantren, lalu mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitar. Para santri di sana memanggilnya dengan julukan Maulana Jati atau Syekh Jati. Selain itu, ia juga mendapatkan gelar Sunan Gunung Jati karena berdakwah di daerah pegunungan. Pelajari mengenai Sunan Gunung Jati atau Raden Syarif Hidayatullah melalui buku Wali Sanga Sunan Gunung Jati yang ditulis oleh Nabila Anwar. 2. Sunan Ampel Raden Rahmat Source Sunan Ampel memiliki nama asli Raden Rahmat. Ia memulai dakwahnya dari sebuah pondok pesantren yang didirikan di Ampel Denta, Surabaya. Ia dikenal sebagai pembina pondok pesantren pertama di Jawa Timur. Sunan Ampel memiliki murid yang mengikuti jejak dakwahnya, yaitu Sunan Giri, Sunan Bonang, dan Sunan Drajat. Suatu ketika, Sunan Ampel diberi tanah oleh Prabu Brawijaya di daerah Ampel Denta. Ia lantas mendirikan sebuah masjid. Di sana, masjid tersebut dijaga oleh Mbah Sholeh. Ia sangat terkenal sebagai orang yang selalu menjaga kebersihan. Hal itu juga diakui oleh Sunan Ampel. Hingga suatu hari, Mbah Sholeh meninggal dunia. Ia lantas dimakamkan di samping masjid. Sepeninggal Mbah Sholeh, Sunan Ampel tak kunjung menemukan pengganti penjaga masjid yang serajin Mbah Sholeh. Akibatnya, masjid tak terurus dan kotor. Sunan Ampel kemudian bergumam, “Seandainya Mbah Sholeh masih hidup, pasti masjidnya jadi bersih.” Seketika itu pula sosok serupa Mbah Sholeh muncul. Ia lantas menjalankan rutinitas yang biasa dilakukan Mbah Sholeh, namun tak lama kemudian meninggal lagi dan dimakamkan persis di samping makam Mbah Sholeh. Peristiwa itu terulang hingga sembilan kali. Konon, Mbah Sholeh baru benar-benar meninggal setelah Sunan Ampel meninggal dunia. Metode dakwah dari Kanjeng Sunan Ampel terkenal dengan keunikannya dimana ia melakukan upaya akulturasi dan asimilasi dari aspek budaya pra-Islam dengan Islam, baik melalui jalan sosial, budaya, politik, ekonomi, mistik, kultus, ritual, tradi keagamaan, maupun konsep sufisme yang khas untuk merefleksikan keragaman tradisi muslim secara keseluruhan yang dibahas pada buku Mazhab Dakwah Wasathiyah Sunan Ampel. 3. Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Maulana Maghribi Syekh Maghribi. Ia diduga berasal dari wilayah Magribi, Afrika Utara. Namun demikian, hingga saat ini belum diketahui secara pasti sejarah tempat dan tahun kelahirannya. Sunan Gresik diperkirakan lahir pada pertengahan abad ke 14. Ia merupakan guru para wali lainnya. Sunan Gresik berasal dari keluarga muslim yang taat. Kendati ia belajar agama Islam sejak kecil, namun tidak diketahui siapa saja gurunya hingga ia menjadi ulama. Pada abad ke-14, Sunan Gresik ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam ke Asia Tenggara. Ia berlabuh di Desa Leran, Gresik. Saat itu, Gresik merupakan bandar kerajaan Majapahit. Tentu saja masyarakat saat itu banyak yang memeluk agama Hindu dan Buddha. Di Gresik, ia menjadi pedagang dan tabib. Di sela-sela itu, ia berdakwah. Sunan Gresik berdakwah melalui perdagangan dan pendidikan pesantren. Pada awalnya, ia berdagang di tempat terbuka dekat pelabuhan agar masyarakat tidak kaget dengan ajaran baru yang dibawanya. Sunan Gresik berhasil mengundang simpati masyarakat, termasuk Raja Brawijaya. Akhirnya, ia diangkat sebagai Syahbandar atau kepala pelabuhan. Tidak hanya jadi pedagang andal, Sunan Gresik juga berjiwa sosial tinggi. Ia bahkan mengajarkan cara bercocok tanam kepada masyarakat kelas bawah yang selama ini dipandang sebelah mata oleh ajaran Hindu. Karena strategi dakwah inilah, ajaran agama Islam secara berangsur-angsur diterima oleh masyarakat setempat. Baca cerita lengkap dari Sunan Gresik atau yang memiliki nama Syekh Maulana Malik Ibrahim pada buku SUnan Gresik Saudagar Yang Berdakwah dibawah ini. 4. Sunan Bonang Raden Makhdum Sunan Bonang adalah salah satu Wali Songo yang menyebarkan ajaran agama Islam di Tanah Jawa. Ia memiliki nama asli Syekh Maulana Makdum Ibrahim, putra dari Sunan Ampel dan Dewi Condrowati Nyai Ageng Manila. Namun, ada versi lain yang mengatakan Dewi Condrowati adalah putri Prabu Kertabumi. Dengan demikian, Sunan Bonang adalah Pangeran Majapahit. Sebab, ibunya adalah putri Raja Majapahit dan ayahnya menantu Raja Majapahit. Sunan Bonang menyebarkan ajaran agama Islam dengan cara menyesuaikan diri terhadap corak kebudayaan masyarakat Jawa. Seperti diketahui, orang Jawa sangat menggemari wayang dan musik gamelan. Karena itulah, Sunan Bonang menciptakan gending-gending yang memiliki nilai-nilai keislaman. Setiap bait lagu ciptaannya diselingi ucapan dua kalimat syahadat sehingga musik gamelan yang mengiringinya kini dikenal dengan istilah sekaten. Grameds dapat membaca kisah hidup Sunan Bonang serta ajaran spiritualnya melalui buku Sunan Bonang Kisah Hidup Sejarah Karomah & Ajaran Spiritual oleh Asti Musman dibawah ini. 5. Kisah Wali Songo Sunan Giri Raden Paku Source Sunan Giri memiliki nama asli Raden Paku. Ia merupakan putra Maulana Ishak. Suatu ketika, ia ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan ajaran agama Islam di Blambangan. Semasa hidupnya. Sunan Giri pernah belajar di pesantren Ampel Denta, melakukan perjalanan haji bersama Sunan Bonang. Sepulangnya dari haji, ia singgah di Pasai untuk memperdalam ilmu agama. Saat itu, Sunan Giri mendirikan sebuah pesantren di daerah Giri. Kemudian, ia mengirimkan banyak juru dakwah ke berbagai daerah di nusantara. Sunan Giri juga dikenal sebagai sang ahli tata negara. Bagaimana kisah hidup seorang Sunan Giri? Pelajari hal tersebut melalui buku Sunan Giri Sang Ahli Tata Negara yang bisa kamu dapatkan hanya di Gramedia. 6. Kisah Wali Songo Sunan Drajat Raden Qasim Sunan Drajat Raden Qasim merupakan putra Sunan Ampel. Sunan Drajat merupakan seorang wali yang dikenal berjiwa sosial tinggi. Ia banyak menolong yatim piatu, fakir miskin, dan orang sakit. Ia memiliki perhatian yang sangat besar terhadap masalah sosial. Sunan Drajat menyebarkan agama Islam di Lamongan, Jawa Timur. Sunan Drajat merupakan Wali Songo yang memiliki banyak nama, yaitu Sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu, Sunan Muryapada, Raden Imam, dan Maulana Hasyim. Pada 1484, ia diberi gelar oleh Raden Patah dari Demak, yaitu Sunan Mayang Madu. Pelajari kisah hidup seorang Sunan Drajat melalui buku Sunan Drajat Merantau Untuk Berdakwah. Ketika Sunan Drajat datang ke Desa Banjaranyar, Paciran, Lamongan, ia mendatangi pesisir Lamongan yang gersang bernama Desa Jelak. Masyarakat sekitar masih menganut agama Hindu dan Buddha. Di desa tersebut, Sunan Drajat membangun mushola untuk beribadah dan mengajarkan agama Islam. Selain itu, Sunan Drajat juga membangun daerah baru di dalam hutan belantara. Ia mengubahnya menjadi daerah yang berkembang, subur, serta makmur. Daerah tersebut bernama Drajat, oleh sebab itu ia diberi gelar Sunan Drajat. 7. Kisah Wali Songo Sunan Muria Raden Umar Said Source Sunan Muria merupakan seorang Wali Songo yang sangat berjasa bagi penyebaran agama Islam di nusantara, terutama di daerah pedesaan. Ia gemar bergaul dengan masyarakat kalangan bawah. Hal itu membuat masyarakat mudah menerima ajaran yang disampaikannya. Membaurnya Sunan Muria dengan masyarakat dikenal dengan istilah “topo ngeli”. Artinya, menghanyutkan diri dalam masyarakat. Sunan Muria berdakwah dengan metode tersebut hingga ke Gunung Muria. Sunan Muria sendiri berasal dari nama Gunung Muria dimana tempat beliau berdakwah, mendirikan masjid dan pesantren, serta tempat beliau dimakamkan kelak. Pelajari kisah hidup beliau secara lengkap melalui buku Sunan Muria Pendakwah Dari Gunung Muria. Selain itu, ia juga berdakwah lewat kesenian seperti gamelan, wayang, dan tembang jawa. Ajaran Sunan Muria meliputi penghayatan kebenaran dan ketaatan pada Allah SWT, wirid, kesederhanaan, kedermawanan, dan ajaran dakwah secara bijak dalam menghadapi budaya masyarakat yang dianut. Karena dakwahnya, ada beberapa hasil kesenian peninggalan Sunan Muria yang masih bisa dipelajari hingga saat ini. Di antaranya tembang Kinanthi dan Sinom. Tembang Kinanthi terkenal karena menceritakan tentang bimbingan dan kasih sayang orang tua kepada anaknya. 8. Kisah Wali Songo Sunan Kudus Jafar Shadiq Sunan Kudus Jafar Sadiq diberi gelar oleh para wali dengan nama Wali Al-ilmi yang memiliki arti orang yang berilmu luas. Sunan Kudus memiliki keahlian khusus dalam bidang agama. Ia juga dipercaya untuk memegang pemerintahan di daerah Kudus. Sunan Kudus merupakan salah satu Wali Songo penyebar agama Islam di Jawa, khususnya wilayah Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan beliau merupakan panglima serta pemimpin peperangan menggantikan ayahnya yang dapat Grameds temukan pada kisah hidupnya dalam buku Sunan Kudus Sang Panglima Perang. Sunan Kudus merupakan putra dari Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung di Jipang Panolan, dekat Blora. Selain belajar agama kepada ayahnya, Sunan Kudus juga belajar kepada beberapa ulama terkenal, seperti Kiai Telingsing, Ki Ageng Ngerang dan Sunan Ampel. Setelah menimba ilmu agama dari Kyai Telingsing, Sunan Kudus mewarisi ketekunan dan kedisiplinan dalam mengejar atau meraih cita-cita. Selanjutnya, Sunan Kudus juga berguru kepada Sunan Ampel di Surabaya selama beberapa tahun lamanya. Perjuangan Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan para wali lainnya. Ia senantiasa menempuh jalan kebijaksanaan. Dengan siasat dan taktik itu, masyarakat dapat diajak memeluk agama Islam. Saat itu, masyarakat di Kudus masih banyak yang belum beriman. Tentu saja bukan pekerjaan yang mudah untuk mengajak mereka memeluk agama. Apalagi mereka yang masih memeluk kepercayaan lama dan memegang teguh adat-istiadat jumlahnya tidak sedikit. Di dalam masyarakat dengan kondisi seperti itulah Sunan Kudus harus berjuang menegakkan agama. 9. Kisah Wali Songo Sunan Kalijaga Raden Sahid Sunan Kalijaga Raden Sahid merupakan anak dari adipati Tuban, Tumenggung Wilatikta. Ia dikenal sebagai budayawan dan seniman seni suara, seni ukir hingga seni busana. Ia juga menciptakan aneka cerita wayang yang bercorak keislaman. Pelajari kisah hidup Sunan Kalijaga pada buku Sunan Kalijaga Guru Suci Orang Jawa yan telah membuktikan dirinya mampu merubah masa suram dan melewati rintangan yang ada. Dalam berdakwah, Sunan Kalijaga memperkenalkan bentuk wayang yang terbuat dari kulit kambing atau biasa dikenal sebagai wayang kulit. Sebab, pada masa itu wayang populer dilukis pada semacan kertas atau wayang beber. Dalam seni suara, ia menciptakan lagu Dandanggula. Sebelum menjadi ulama, Sunan Kalijaga konon pengalaman hidup sebagai perampok atau begal. Bahkan, ia juga pernah merampok Sunan Bonang. Peristiwa tersebut diyakini terjadi saat Sunan Kalijaga masih berusia muda. Sunan Kalijaga juga dikenal kerap melakukan tindak kekerasan. Aksi perampokan yang dilakukan Sunan Kalijaga diketahui oleh ayahnya. Tumenggung Wilantika pun marah, malu dan merasa namanya tercoreng karena kelakuan buruk sang anak. Ia lantas mengusir Sunan Kalijaga dari rumah mereka. Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah Sunan Kalijaga membongkar Gudang Kadipaten untuk membagikan bahan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Sebab, saat itu masyarakat Tuban hidup sangat memprihatinkan lantaran adanya upeti ditambah musim kemarau panjang. Kendati sudah diusir dari Tuban, Sunan Kalijaga tidak berhenti melakukan aksi pembegalan. Ia bahkan merampok orang-orang kaya di Kadipaten Tuban. Mengetahui hal itu, ayahnya tentu semakin marah. Sunan Kalijaga kembali diusir. Kali ini ia disuruh angkat kaki dari wilayah Kadipaten Tuban. Keluar dari daerah Tuban, Sunan Kalijaga masih juga tidak menghentikan aksi perampokan itu. Bahkan, ia sampai tega meminta harta seorang yang sepuh. Saat itu, Sunan Kalijaga bertemu dengan seseorang di hutan Jati Wangi. Ternyata, orang tua tersebut diketahui sebagai Sunan Bonang. Raden Syahid alias Sunan Kalijaga tidak mengenal orang tua tersebut. Karena masih memiliki jiwa begal, ia berniat untuk membegal Sunan Bonang. Bahkan, Sunan Kalijaga berhasil melumpuhkan Sunan Bonang. Ia pun meminta Sunan Bonang menyerahkan barang disangka, Sunan Bonang menolak permintaan itu. Kemudian, Sunan Kalijaga pun menjelaskan alasannya membegal adalah untuk membantu orang miskin. Dalam cerita versi lainnya, Sunan Kalijaga meminta maaf dan bertobat lantaran Sunan Bonang menasihatinya dan menunjukkan kesaktiannya, yaitu mengubah buah pohon aren menjadi emas. Pertemuan tersebut membuat Sunan Kalijaga bertobat dan langsung memohon agar diperbolehkan menjadi muridnya. Sunan Bonang tentu saja menerima permintaan tersebut. Namun, Sunan Bonang mengajukan suatu syarat, yaitu Sunan Kalijaga harus bersemedi di pinggir kali sampai Sunan Bonang kembali. Sunan Kalijaga pun menyanggupi syarat tersebut. Dikisahkan, Sunan Bonang pun akhirnya kembali ke tempat yang sama setelah tiga tahun lamanya. Ia lantas menemukan tubuh Sunan Kalijaga sudah dirambati oleh rerumputan. Melihat keteguhan hati Sunan Kalijaga, Sunan Bonang pun takjub. Atas peristiwa itu lah kemudian Raden Syahid diberi nama “Sunan Kalijaga”. Artinya, penjaga kali. Selain itu, Sunan Kalijaga juga dapat diartikan sebagai orang yang senantiasa menjaga semua aliran atau kepercayaan yang dianut masyarakat. Sunan Kalijaga menjadi satu-satunya wali yang paham dan mendalami segala pergerakan, aliran atau agama yang hidup di tengah masyarakat. Selain itu, Sunan Kalijaga juga memiliki cara yang unik saat menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Ia berhasil mengenalkan ajaran agama Islam dengan memadukan budaya Jawa seperti wayang. Bahkan, Sunan Kalijaga juga mengarang sebuah tembang Jawa yang sangat terkenal sampai saat ini, yaitu Ilir-Ilir. Begitulah kisah Wali Songo yang perlu Grameds ketahui. Kalau kamu masih penasaran dengan kisah lengkapnya, jangan lupa beli bukunya di Gramedia, ya! Baca juga artikel lain berikut ini Kisah Perang Badar Kisah Nabi Ayyub Kisah Nabi Ibrahim AS Kisah Nabi Adam AS Kisah Nabi Musa AS Kisah Nabi Yunus AS Kisah Nabi Idris AS Kisah Nabi Yusuf AS Kisah Nabi Ibrahim AS ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
SunanGresik dianggap sebagai bapak spiritual walisongo. Beliau wafat tanggal 12 robiul awal 822H, bertepatan dengan 8 april 1419 M, sedangkan makamnya terletak di perkuburan gapura wetan,gresik. 2. Sunan Ampel Nama aslinya adalah Raden Rahmat, ia adalah putera sunan Gresikdan istrinya yang bernama Dewi Candra Wulan.
- Era Wali Songo menandai berakhirnya dominasi Hindu-Buddha di nusantara, untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Wali Songo adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Sebagai penyebar agama Islam, nama mereka sudah sangat dikenal di kehidupan masyarakat tetapi, Wali Songo lebih sering dipanggil dengan gelarnya sebagai Sunan, daripada nama aslinya. Dalam budaya Jawa, Sunan adalah singkatan dari susuhunan, yakni sebutan bagi orang yang diagungkan atau dihormati karena kedudukan dan jasanya di masyarakat. Berikut ini tabel nama-nama Wali Songo beserta nama aslinya. Nama gelar Wali Songo Nama asli Wali Songo Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim Sunan Ampel Raden Rahmatullah Sunan Giri Muhammad Ainul Yaqin Sunan Bonang Maulana Makdum Ibrahim Sunan Drajat Raden Qasim Sunan Kalijaga Raden Mas Syahid Sunan Muria Raden Said Sunan Kudus Jaffar Shadiq Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah Baca juga Wali Songo Penyebar Islam di Tanah Jawa Sunan Gresik Nama asli Sunan Gresik adalah Maulana Malik Ibrahim atau Makdum Ibrahim lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy. Maulana Malik Ibrahim terkadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sunan Ampel Raden Rahmatullah atau Sunan Ampel dilahirkan pada sekitar 1401 Masehi di Champa. Ia adalah putra Sunan Gresik yang kemudian menikah dengan putri Tuban bernama Nyai Ageng Manila. Dari perkawinannya itu, Raden Rahmatullah memperoleh keturunan Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim Sunan Bonang, Syarifuddin Sunan Drajat, dan Putri Istri Sunan Kalijaga. Sunan Giri Sunan Giri mempunyai nama asli Muhammad Ainul Yaqin. Di samping itu, ia mempunyai banyak julukan, yakni Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, dan Joko Samudro. Muhammad Ainul Yaqin adalah keturunan ke-23 Nabi Muhammad yang kemudian menjadi murid Sunan Ampel. Ayahnya adalah Maulana Ishaq, seorang mubaligh dari Asia Tengah, sementara ibunya adalah Dewi Sekardadu, putri penguasa Blambangan pada periode akhir Kerajaan Majapahit. Baca juga Moh Limo, Ajaran Dakwah Sunan Ampel Sunan Bonang Sunan Bonang merupakan putra Sunan Ampel yang memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim. Lahir di Bonang, Tuban, pada 1465, ia telah diajarkan disiplin yang ketat sedari kecil. Sunan Ampel menamainya Maulana Makdum, yang bermakna cendekiawan Islam yang dihormati karena kedudukannya dalam Drajat Sunan Drajat adalah adik Sunan Bonang yang mempunyai nama asli Raden Qasim. Raden Qasim disebut sebagai seorang wali yang hidupnya paling bersahaja, walaupun dalam urusan dunia juga sangat rajin mencari rezeki. Di kalangan rakyat jelata, ia dikenal sebagai pribadi yang lemah lembut dan sering menolong orang-orang yang menderita. Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada 1450 dengan nama Raden Mas Syahid. Ia adalah putra adipati Tuban yang bernama Raden Sahur Tumenggung Wilatikta. Sunan Kalijaga juga dikenal dengan nama lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat berendam di sana, ia sering berendam di sungai kali atau dalam bahasa Jawa disebut jaga kali. Baca juga Sunan Kalijaga, Berdakwah Lewat Wayang Sunan Muria Sunan Muria lahir dengan nama Raden Said atau Raden Umar Said. Ketika kecil, ia juga dikenal dengan nama Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, yang terletak 18 kilometer ke utara Kota Kudus. Raden Said adalah putra Sunan Kalijaga yang juga memiliki pertalian keluarga dengan Sunan Giri, dari garis ibunya. Sunan Kudus Sunan Kudus memiliki nama asli Jaffar Shadiq. Ia adalah putra Sunan Ngundung dan Syarifah, adik Sunan Bonang. Jaffar Shadiq banyak berguru kepada Sunan Kalijaga, oleh karena itu caranya mendekati masyarakat Kudus adalah dengan sangat toleran terhadap budaya setempat yang masih kental dengan ajaran Hindu-Buddha. Salah satu peninggalan Sunan Kudus yang paling terkenal adalah Masjid Menara Kudus, yang arsiteknya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Gunung Jati Nama asli Wali Songo ini adalah Syarif Hidayatullah, yang juga dikenal sebagai pendiri Kesultanan Cirebon. Dengan begitu, Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya Wali Songo yang memimpin pemerintahan. Ia adalah putra pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina. Sedangkan dari pihak ibu, Sunan Gunung Jati masih keturunan Pajajaran. Referensi Restianti, Hetti. 2013. Mengenal Wali Songo. Bandung TITIAN ILMU. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
i3lZ. 599a2cnbao.pages.dev/651599a2cnbao.pages.dev/644599a2cnbao.pages.dev/979599a2cnbao.pages.dev/47599a2cnbao.pages.dev/470599a2cnbao.pages.dev/990599a2cnbao.pages.dev/877599a2cnbao.pages.dev/521599a2cnbao.pages.dev/758599a2cnbao.pages.dev/6599a2cnbao.pages.dev/744599a2cnbao.pages.dev/603599a2cnbao.pages.dev/377599a2cnbao.pages.dev/214599a2cnbao.pages.dev/222
bapak spiritual walisongo adalah